Minggu, 11 Juni 2017

makalah pemikiran pendidikan islam pada masa bani umayyah

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah semester genap
PENGEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu:
Drs. Waris, M. Pd.
Disusun Oleh: Kelompok 3 / PAI.I
   Nayli Ulfa Badriyani                       (210314312) Moderator
   Khusnul Khotimah                           (210314310) Pemateri
    Siti Arfa                                          (210314313) Notulen
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
MARET 2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH” dengan semaksimal mungkin.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan, kami dapat mengatasi tantangan dan hambatan tersebut. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada Bapak Dosen yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari penulisan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                                        Ponorogo, 6 April 2017
                                   
                                                                                    Penulis





DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP
a.       Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah kekuasaan dinasti Umayyah. Pada periode Ali dan khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar Islam yang lain.
Dinasti Umayyah berkuasa kurang lebih 91 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologisnya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika masa Rosulullah dan Khulafaur Rasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaannya berpusat di masjid, dan pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana penjelasan mengenai pemikiran Pendidikan Islam?
2.      Bagaimana pola pemikiran Pendidikan Islam pada masa dinasti bani Umayyah?
C.     Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan, yaitu:
1.      Mengetahui penjelasan mengenai pemikiran Pendidikan Islam.
2.      Mengetahui pola pemikiran pendidikan Islam pada masa dinasti bani Umayyah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pemikiran Pendidikan Islam
Pemikiran berasal dari kata dasar pikir yang berarti proses, cara atau perbuatan memikir. Secara umum pemikiran berarti menggunakan akal pikitan untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Dalam konteks tersebut, pemikiran pada hakikatnya dapat dimaknai sebagai upaya menelaah secara cermat dan kreatif terhadap sebuah gejala atau fenomena masyarakat secara luas guna menemukan solusi secara tepat dengan melibatkan peran akal dan kalbu.[1]
Sedangkan secara spesifik pemikiran pendidikan Isam meurut Labib An-Najihi sebagaimana dikutip Mulkhan diartikan sebagai serangkaian proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islama dan berupaya untuk membangun sebuah paradigm pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna. Sehingga bidang kajian dari pemikiran pendidikan Islam ini mencakup segala unsur dan ruang lingkup pendidikan Islam yang berkembang sebagai respon dari fenomena dan tuntutan zaman, sehingga menghasilkan gagasan-gagasan pemikiran yang bermanfaat dan bernilai guna tinggi bagi dunia pendidikan tanpa sekedar mengedepankan aspek logika dan intelektualitas semata. Namun nilai-nilai ilahiah menjadi bagian penting sekaligus sebagai control dalam memproduk pemikiran-pemikiran pendidikan Islam sehingga pada akhirnya mampu mengantarkan masyarakat pendidikan (peserta didik) sebagai seseorang yang memiliki keserdasan secara intektual, emosional/moral, sosial, dan spiritual.[2]

B.     Pemikiran Pendidikan Islam pada masa dinasti Bani Umayyah.
Muawiyah adalah pendiri dari dinasti Umayyah, ia merupakan putra Abu Sofyan ibn Harb ibn umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Ibunya adalah Hindun binti Utbah ibn Rabiah ibn Abd Syam ibn Abd Manaf. Sebagai keturunan Abdu Manaf, Muawiyah mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi Muhammad. Ia masuk Islam pada hari penaklukan kota Mekkah (Fatkhu Mekkah) bersama penduduk kota Mekkah lainnya, dan ketika itu Muawiyah berusia 23 tahun.
Kemudian pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa dinasti ini, seperti kemajuan dalam bidang pendidikan Islam. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu.
Pada masa ini, Islam telah memasuki masa baru ketika kestabilan politik yang telah dirasakan oleh negara- negara islam. Oleh karena itu, tidak heran jika perhatian orang- orang islam sudah mengarah pada masalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan peradaban- peradaban baru. Dalam waktu yang sama, mereka memberi perhatian besar pada ilmu bahasa, sastra, dan agama untuk memeliharanya dari pikiran- pikiran luar. Jadi, pemikiran pendidikan pada masa Umayyah adalah kelanjutan pemikiran pendidikan pada masa Nabi Saw. dan masa Khulafa Al- Rasyidin.[3]
Pemikiran pendidikan pada masa Umayyah tampak dalam bentuk nasehat- nasehat khalifah kepada pendidik anak- anaknya, yang memenuhi buku- buku sastra, yang menunjukkan bagaimana teguhnya mereka berpegang pada tradisi Arab dan Islam. Salah satu nasehat tersebut adalah adalah nasehat Abdul Malik bin Marwan kepada pendidik anaknya, ‘’ Hendaklah pendidik mendidik akal, hati, dan jasmani’’.
Pemikiran pendidikan Islam pada masa Umayyah ini juga tersebar pada beberapa tulisan para ahli nahwu, sastra, hadist, dan tafsir. Pada masa ini para ahli tersebut mulai mencatat ilmu- ilmu bahasa, sastra dan agama untuk menjaganya agar tidak diselundupkan pikiran- pikiran lain dan perubahan yang merusak, yang tanda- tandanya sudah banyak terlihat pada waktu itu karena musuh Islam selalu berusaha menghancurkan Islam dari dalam, setelah mereka gagal menghancurkan dengan kekuatan tentara. Dengan upaya tersebut mereka berusaha memecah pengikut- pengikut Islam dari segi Ideologi.[4]
ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu adalah:
1.      Ilmu agama, seperti: al-Qur’an, hadist, fiqih, dan Ilmu terjemahan.[5]
2.      Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.
3.      Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahwu, shorof, dan lain-lain.
4.      Ilmu bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilm u kedokteran.[6]
Periode dinasti Umayyah merupakan masa Inkubasi. Pada masa ini, peletakan dasar- dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual muslim berkembang pada masa ini. Pola pendidikan bersifat Desentralisasi.
      Tersebarnya pusat- pusat pendidikkanya antara lain:
a.       Di kota Madina(Hijas)
b.      Di Kota Kuffah (Irak)
c.       Di Kota Damsyik dan Plastina (Syam)
d.      Di Kota Fustad (Mesir)
Bentuk- bentuk pendidikan pada masa baniy Umayyah[7]
( 1. Pendidikan Istana. Pendidikan tidak hanya pengajaran tingkat rendah tetapi lanjut pengajaran tingkat tinggi sebagaimanah Halaqoh, masjid, dan madrasah. Guru istana dinakam muaddib.  Tujuan pendidikan istana tidak hanya mengajar ilmu pengetahuan bahkan Muaddib mendidik kecerdasan, batin dan jasmani
Adapunpelajaran di istana sebagai berikut:
a). Al-Quran (kitabbullah)
b). hadis- hadis yang mulia
c).syair- syair terhormat
d). menulis dan membaca
(2. Badiah
Dengan adanya Arabsisasi oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan muncullah istilah badiah dusun Badui di padang sahara yang masi fasi bahasa Arabnya dan murni sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Akibat dari Arabisasi ini muncullah ilmu Qawait dan cabang ilmu lainya untuk mempelajari bahasa Arab.
(3.Perpustakan yang besar di Kurtuba (Qurdufa)
(4. Bamiristan
Tempat untuk berobat dan merawat orang serta tempat studi kedokteran.
Dari urain diatas banwa pendidikan periode Dinasti bani Umayyah  telah [8]berkembang dilihat aspek pengajaranya meskipun sisitemnya masih sama pada masa Nabi dan Khulafa  Al-Hurusiydin. Pada masa ini peradaban islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, Afrika dan sebagian besar Asia dan yang kesemuan itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai resmi bahasa Negara.












[1] Safrudin Aziz, Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2015), 4.
[2] Safrudin Aziz, Pemikiran Pendidikan Islam……………4-5.
[3] Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokok Pendidikan Islam (Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA, 2013), 61.
[4] Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokok Pendidikan Islam ….., 62.
[5] Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Abad ke- 21 (Jakarta: PT Pustaka Al- Husna baru, 2003), 22.
[6] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 56-59.
[7] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) 61-62
[8] Ibid, 63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar